DESA IMPIAN
A Film By Roy Wijaya
Bagi anak-anak di pedesaan, bermain bukan hanya tentang mengahabiskan waktu dan bersenang-senang. Bermain bagi mereka adalah petualangan dan setiap petualangan punya kisahnya masing-masing.
Meski sedikit demi sedikit tanah mereka dijual untuk lahan industry atau tempat tinggal, sebagian masyarakat pedesaan masih mencari nafkah dengan cara bercocok tanam, berternak maupun menangkap iakan. Sekedar mencukupkan diri mereka dan keluarga.
Di desa, hewan peliharaan yang lazim bukan golden retriever atau kucing Persia, melainkan ayam, kambing, dan kerbau. Hewan-hewan ini pun tak akan diberi makan sebanyak-banyaknya lalu disuntik hormone yang menggendutkan, tetapi dibiarkan berbaur dengan alam dan dipelihara kesehatannya agar bisa diwariskan.
Siapa diantara kita yang masih sudih memebuat mainannya sendiri? Anak-anak yang tumbuh dikota bisa lebih mudah mendapatkan mainan yang mereka inginkan, karena disana semuanya sudah disediakan oleh toko-toko dan supermarket. Tapi, disini, setiap mainan adalah buah tangan mereka, hasil dari imajinasi mereka.
Anak-anak di desa yang tumbuh juga mengenyam Pendidikan formal seperti halnya anak-anak kota, meski kadang harus menghadapi tantangan ekstra. Yang pasti, ruang kelas yang sederhana tak pernah jadi alasan mereka untuk bahagia.
Tak semua dari mereka punya rumah berdinding batako yang di cat putih masih banyak ada yang berdinding bamboo dan beratap rumbia. Semakin sederhana gaya hidup manusia, sepertinya, semakin sedikit kecenderungan untuk mengeluh.
Lupakan Video Game, Komputer, gadget, atau smartphone. Produk-produk itu memang sudah masuk ke kehidupan desa, tapi belum sepenuhnya menjadi raja. Bagaimana bisa barang-barang itu berkuasa kalua listrik di desa saja tidak bisa selalu ada? Tapi hal ini tak kemudian membuat para penduduknya merasa kurang. Mereka justru kaya dengan imajinasi dan kreativitas sendiri.
Penulis adalah Sutradara dan Cineas Muda Indonesia (Roy Wijaya)